Selasa, 26 Januari 2016

4 KARAKTERISTIK BACAAN QURRO' SYAM DAN MESIR

Al Quran diturunkan di Makkah, dibaca di Mesir, ditajwidkan di Syam (Syria) dan ditulis di Turkey. Demikianlah sebuah ungkapan indah yang pernah kita dengar. Maknanya bukan berarti ketika di tulis di Turkey lalu menyepelehkan penulisan Al Quran yang di Saudi, Tidak!, akan tetapi penyebutan negara diatas hanyalah symbol kejayaan munculnya Al Quran.

Begitu juga, Al Quran di tajwedkan di Syam bukan berarti di Mesir tidak ditajwedkan. Nyatanya, Mesir adalah salah satu qiblat ilmu tajwed terbesar di dunia ini. Masyayikh Mesir banyak berjasa pada umat islam dalam ilmu Al Quran, sehingga banyak diutus ke berbagai belahan dunia untuk mengajarkan ilmu qiraat. Begitu juga ulama Syam.

Berikut ini adalah 4 karakteristik bacaan diantara masyayikh Syam dan Mesir. Perbedaan ini bukanlah sesuatu yang perlu dipertentangkan dan tidak pula menjadi konsumsi pemula belajar ilmu tajwid Al Quran. Perbedaan ini diperuntukkan bagi ustadz-ustadz yang mendalami ilmu tajwid sebagai tambahan wawasan ilmu tajwid.

A. Pengucapan Huruf Shod

Makhroj huruf shod terletak pada ujung tengah lidah dengan kedua gigi bawah depan agak keatas sedikit tidak menempel. Dari 4 huruf yang memilki sifat Ithbaq (Sho, Dho, Tho, Dzo) yang paling disoroti adalah huruf Shod, karena satu-satunya huruf Ithbaq yang memiliki sifat hams (aliran udara) adalah Shod, sehingga memilki cara pengucapan yang berbeda.

Darisini, muncullah perbedaan bentuk bibir ketika mengucapkan shod. Ada yang mengatakan harus mecucu (Mesir), ada yang mengatakan tidak mecucu (Syam). Penjelasannya sbb:

- Qurro' Mesir
Sebenarnya tidak tepat penyimpulan 'mecucu' ketika mengucapkan huruf Shod. Istilah yang tepat adalah penyempitan kedua bibir dikarenakan udara yang terpusat pada makhroj huruf Shod yang keluar melalui celah tengah kedua bibir. Penyempitan ini terjadi karena huruf shod memilki sifat hams dan tafkhim yang mengharuskan suara shod tertekan dan menggelembung tebal di dalam mulut.

- Qurro Syam
Cara pengucapan Shod mereka sangat lembut dan halus tetap tebal terpusat di makhrojnya. Sehingga tidak terjadi penyempitan atau perubahaan kedua bibir sedikitpun.

B. Pengucapan Tafkhim (tebal) & Tarqiq (tipis)

- Qurro' Mesir mengajarkan bahwa setiap pengucapan huruf tarqiq posisi kedua bibir harus melebar ke samping kanan dan kiri, sebagaimana pada contoh pengucapan kata "Allah". Jika kedua bibir tidak melebar dikhawatirkan suara Akan menjadi "Ollah". Tentunya pelebaran ini tidak berlebihan supaya tidak terjadi bunyi imalah (miring) "Ellah".

- Adapun Qurro' Syam, pelebaran kesamping kanan dan kiri tidak diperlukan. Cukup dengan membuka kedua bibir ke arah atas bawah sudah cukup selama suara yang keluar tidak "Ollah".

C. Pengucapan Ikhfa' Syafawi dan Iqlab

- Qurro Mesir mengajarkan cara pengucapan ikhfa Syafawi atau Iqlab harus dengan Furjah (merenggahkan kedua bibir sedikit, tidak dengan menutupnya rapat). Kesimpulan ini diperoleh karena hukum bacanya adalah Ikhfa' (samar). Ketika kedua bibir tertutup rapat maka tidak samar lagi, akan tetapi Idzhar (jelas).

- Adapun qurro' Syam mengajarkan cara pengucapan Ikhfa Syafawi dan Iqlab harus dengan menutup kedua bibir. Alasannya bahwa ikhfa' disini tidak harus menyisakan ruang renggang pada kedua bibir.

D. Pengucapan Qalqalah (pantulan)

- Qurro Mesir mengucapkan bacaan Qolqolah dengan memantulkan suaranya mendekati suara harakat fathah. Begitu juga, mereka tidak mengakhirinya dengan suara e'. Alasannya supaya tidak terkesan seperti ada penambahan huruf hamzah setelah huruf Qolqolah.

Untuk lebih jelasnya, silahkan perhatikan pada pengucapan kata ْالْخَبْأ di Surat An Naml ini. Cara membaca yang tepat adalah dengan e' karena kata tersebut berakhiran hamzah asli, demikian: "Al Khobe' ". Adapun bila kata كَسَبْ pada surat Al Masad dibaca dengan diakhiri e' maka akan menjadi demikian كَسَبْ ءْ, dan ini tidak tepat.

- Adapun Qurro' Syam -wabil khusus Syekh Kuroyyim Rojih Hafidhohullah- mereka meng-e'-kan setiap bacaan Qolqolah, baik ketika posisi di tengah ataupun di akhir kata. Penulis belum mengetahui alasan bacaan yang demikian ini. Kemungkinan besar, akhiran e' ini diperoleh dari hasil talaqqi dari masyayikh mereka. Selama hujjahnya adalah talaqqi maka tetap dibenarkan.

Masih ada beberapa perbedaan ringan lagi diantara kedua madzhab, namun 4 diataslah yang dirasa paling pokok. Perbedaan ini diperoleh melalui pengamatan secara umum, adapun secara khusus akan didapati percampuran cara bacaan berdasarkan riwayat guru dan studi penelitian masing-masing Qurro'.

Lah kita ikut siapa?

Ikutlah seperti yang diajarkan guru-guru kita. Pesen nabi Saw bagi para hamalatul quran, "Bacalah sebagaimana kalian diajarkan" HR. Ahmad yang di sahihkan Syekh Albani.

Semoga ada sedikit manfaat

Salam damai, persaudaraan & cinta
Mochamad Ihsan Ufiq​
Doha, 31 Agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar